- Menurut Mariza Arfina dan Robert Marpaung e-commerce atau yang lebih dikenal dengan e-com dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan "get and deliver" (http://r-marpaung.tripod.com/ElectronicCommerce.doc diakses tanggal 22 April 2007).
- Menurut David Baum, pengertian e-commerce adalah: “E-Commerce is a dynamic set of technologies, applications, and business process that link enterprise, consumers, and communities through electronic transactions and the electronic exchange of goods, services, and information”. E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik (David Baum dalam Onno W. Purbo, 2000 : 2).
- Roger Clarke dalam “Electronic Commerce Definitions” menyatakan bahwa e-commerce adalah “The conduct of commerce in goods and services, with the assistance of telecomunications and telecomunications-based tools” (e-commerce adalah tata cara perdagangan barang dan jasa yang menggunakan media telekomunikasi dan telekomunikasi sebagai alat bantunya) (http://www.anu.edu.au/people/Roger.Clarke/ EC/ECDefns.html, diakses tanggal 22 April 2007)
Informasi & Tips
Minggu, 27 Januari 2013
Pengertian E-commerce menurut para ahli
Pengertian e-Banking (Elektronik Banking)
E-banking dapat di definisikan sebagai jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-Banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses e-banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, laptop, PDA, ATM, atau telefon. Marilah kita pelajari satu persatu saluran dari e-Banking yang telah diterapkan bank-bank di Indonesia sebagai berikut :
1. Internet Banking, ini termasuk saluran teranyar e-Banking yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan Phone Banking yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap tertampang di layar komputer/PC atau PDA.
2. SMS/m-Banking, saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari Phone Banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), dan pembelian voucher. Untuk transaksi lainnya pada dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat diberikan bank. Saluran ini sebenarnya termasuk praktis namun dalam prakteknya agak merepotkan karena nasabah harus menghapal kode-kode transaksi dalam pengetikan sms, kecuali pada bank yang melakukan kerjasama dengan operator seluler, menyediakan akses banking menu – Sim Tool Kit (STK) pada simcardnya.
3. Phone Banking, ini adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif panggilan flat dari manapun nasabah berada. Pada awalnya, layanan Phone Banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator/CSO. Namun profilnya kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini boleh dibilang lebih praktis ketimbang ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup menggunakan telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa melakukan berbagai transaksi, termasuk transfer ke bank lain.
4. ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri, ini adalah saluran e-Banking paling populer yang kita kenal. Setiap kita pasti mempunyai kartu ATM dan menggunakan fasilitas ATM. Fitur tradisional ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo dan melakukan penarikan tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan yang terkini transfer ke bank lain (dalam satu switching jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit. Bila kita mengenal ATM sebagai mesin untuk mengambil uang, belakangan muncul pula ATM yang dapat menerima setoran uang, yang dikenal pula sebagai Cash Deposit Machine/CDM. Layaklah bila ATM disebut sebagai mesin sejuta umat dan segala bisa, karena ragam fitur dan kemudahan penggunaannya.
Di balik kemudahan e-Banking tersimpan pula risiko, untuk itu diperlukan pengaman yang baik. Lazimnya untuk ATM, nasabah diberikan kartu ATM dan kode rahasia pribadi (PIN); sedangkan untuk Phone Banking, Internet Banking, dan SMS/m-Banking, nasabah diberikan kode pengenal (userid) dan PIN. Sebagai pengaman tambahan untuk internet banking, pada bank tertentu diberikan piranti tambahan untuk mengeluarkan PIN acak/random. Sedangkan untuk SMS Banking, nasabah diminta untuk meregistrasikan nomor HP yang digunakan.
Dengan beragamnya kemudahan transaksi via e-Banking, kini pilihan ada di tangan kita untuk memanfaatkannya atau tidak. Namun mengingat tidak semua bank menyediakan layanan-layanan tersebut, maka seberapa pintarkah bank kita? Untuk dapat bertransaksi pintar, kini saatnya memilih bank pintar kita, tentunya sesuai kebutuhan transaksi.
Sabtu, 26 Januari 2013
Belajar Sukses Bisnis dari Kehidupan
Erik Arianto
Penyebab Kerugian
Owner Erik Kaktus Indonesia,
Trainer dan Pembicara Muda Life Center Indonesia & Focus Persada
Salah satu hukum bisnis
menyatakan bahwa kualitas keuntungan tidak ditentukan oleh kuantitas aktivitas
bisnis. Tapi justru oleh kualitas transaksi. Karena, tidak sedikit orang
menciptakan banyak transaksi, namun kualitas keuntungan yang didapat tak
sebanyak jumlah transaksi yang diciptakan. Padahal apa yang kita inginkan
adalah transaksi sebanyak mungkin dengan keuntungan sebesar mungkin.
Transaksi adalah pelaksanaan
keputusan dealing tentang tawaran yang kita setujui dan
tawaran yang kita ajukan. Selanjutnya transaksi menciptakan harga (price of
value).
Pada dasarnya semua orang
sudah ditakdirkan hidup dengan ‘business of selling’. Terlepas apakah
ia pengusaha atau orang biasa. Karena takdir itulah, maka sebagian hukum alam
yang mengatur kehidupan ini adalah hukum untung rugi.
Dalam menyikapi hukum,
diperlukan kepemilikan sikap mental pengusaha (the entrepreneurship mental
attitude). Atau sosok yang bermentalitas ‘creating‘
dan bertanggungjawab atas resiko keputusan yang diambil, serta menerima resiko
sebagai pemilik.
Terlepas dari job title yang Anda sandang saat ini, maka Anda
adalah pengusaha dalam setiap keputusan yang Anda ambil. Karena Andalah yang
akan merasakan rugi dan untungnya. Dan setiap saat kita pasti menciptakan
transaksi dari tawaran kehidupan.
Hanya saja yang sering
membuat kita menderita kerugian, adalah keputusan transaksi yang tidak didukung
oleh mentalitas pengusaha. Banyak sekali komoditas peristiwa hidup yang
ditawarkan, tapi tidak kita ciptakan transaksi yang bertanggungjawab untuk
memiliki keuntungan dari kerugian atau dari keuntungan.
Walhasil, kita lebih sering
menjadi pengusaha yang rugi. Contoh paling ril adalah kegagalan. Baik terjadi
pada diri orang lain dan kita, atau disebabkan oleh orang lain atau kesalahan
kita sendiri.
Sebenarnya, peristiwa ini
adalah komoditas yang ditawarkan oleh kehidupan. Kegagalan yang kita alami,
sangat mungkin menjadikan kita rugi atau untung. Banyak pengusaha yang bisa
menjadikan kegagalan sebagai the
moment of truth untuk
membangun keuntungan. Sebaliknya, tak sedikit yang justru menjadikan kegagalan
hanya sebagai kegagalan, komoditas yang merugikan.
Watak Tawaran
Tawaran bisnis memiliki dua
watak yang menonjol: menarik (to attract), dan mendorong (to push).
Kalau Anda pergi ke mal, maka semua komoditas yang dijajakan sudah didesain
menarik dan punya daya tarik untuk menggoda kantong Anda. Demikian juga ketika
Anda mengunjungi lokasi pasar kaki lima (tradisional).
Meski teknik penjajaan
komoditas di pasar tradisional tidak didesain semenarik mal, tapi teknik rayuan
hingga gertakan pedagang, dapat mendorong Anda untuk membeli. Bahkan membuat
diri Anda seakan-akan bersalah kalau tidak membeli tawarannya.
Tidak berbeda dengan
komoditas hidup yang ditawarkan kepada Anda. Baik orang pintar atau orang
bodoh, bawahan atau atasan, terhina atau terhormat, pasti mendapatkan peristiwa
yang sama. Kegagalan, tantangan, dan kesulitan adalah tawaran yang
menarik/mendorong semua orang untuk berpikir negatif dan tidak mau bertanggung
jawab apalagi memilikinya. Seakan menjadi aib yang memalukan.
Perbedaannya adalah, apakah
Anda akan menjadikan semua peristiwa yang tidak diinginkan itu sebagai tawaran
yang perlu diciptakan transaksi? Atau Anda akan membayar langsung?
Ketika Anda membayar langsung
hanya karena dorongan (being pushed), atau terkesima oleh
godaan daya tarik (being attracted), maka kemungkinan
paling dekat adalah Anda tidak puas, atau Anda baru bisa mengakui barang yang
Anda beli tanpa transaksi itu berguna setelah barang itu lusuh. Orang terkadang
baru sadar, ternyata peristiwa yang tidak diinginkan bisa berguna setelah
peristiwa menelan banyak pengorbanan alias lusuh.
Penyebab Kerugian
Meskipun dunia ini terus
berubah, tapi tidak berbeda dalam satu hal: terjadi perbandingan yang
tidak seimbang antara jumlah populasi dunia yang beruntung dan merugi. Survei
yang diadakan Hartford Company menemukan bahwa dari 100 orang ternyata tidak
mencapai 20 orang yang dikategorikan beruntung.
Pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa kebanyakan kerugian transaksi kehidupan disebabkan oleh
hal-hal berikut:
1.Tidak tahu harga/nilai komoditas
Pengusaha yang tidak tahu
nilai komoditas akan membuat usahanya tidak untung, atau salah menilai harga
jual-beli komoditas.
2.Tidak tahu Indeks Pasar
Supaya transaksi bisa untung,
perlu dukungan data, informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang harga yang
berlaku bagi komoditas tertentu di pasaran. Demikian juga dengan diri kita.
Komoditas itu bisa bernilai
tinggi sehingga layak disebut aset utama tetapi ada yang bernilai lebih rendah
dari komoditas yang dimiliki oleh hewan.
3.Tidak menguasai hal teknis
Transaksi, baik dalam bisnis
apalagi transaksi harga peristiwa kehidupan, membutuhkan penguasaan teknis.
Mungkin bentuknya sangat variatif.
Ibarat seorang sopir. Kalau
hanya jasadnya yang mengendalikan kendaraan, maka armada secanggih apapun tak
akan bisa membantunya menghindar dari tabrakan.
Demikian pula dengan hidup kita.
Yang menentukan pada akhirnya bukan atribut eksternal, tetapi murni diri kita
sendiri.
Gergaji Kesuksesan
Supaya bisa menciptakan
transaksi yang menguntungkan, pembelajaran hidup yang perlu dijalani adalah
seperti dikatakan Covey: mengasah gergaji. Apa saja yang harus Anda asah?
Berikut ini urainnya:
1. Kepercayaan Diri
Pengusaha yang untung dalam
menciptakan transaksi umumnya cakap dalam mengungkap keunggulan komoditas
setinggi-tingginya, sehingga orang lain percaya. Tapi, kecakapan itu bukan
peristiwa dadakan (dramatic event), melainkan keahlian
yang diasah untuk menemukan keunggulan diri (negotiation skill), dan pengetahuan
menyeluruh tentang konstelasi komoditas.
Ketika Anda menerima
peristiwa hidup yang tidak diinginkan, maka untung-rugi sebuah transaksi
ditentukan oleh sejauh mana Anda percaya bahwa peristiwa itu berharga, dan
bahwa nilai yang dikandung di dalamnya bisa Anda gunakan. Kalau Anda tidak tahu
harga dan tidak tahu kegunaanya (keunggulan) maka tawaran yang Anda lakukan
tidak akurat alias banyak melesetnya.
2.Mentalitas
Belajar pada teori militer,
sensitivitas diri seorang prajurit dibentuk dengan menggembleng doktrin yang
membuatnya merasa “be” (menjadi). Ketika sudah merasa
menjadi, maka gampang untuk “know”, lalu menjalankan “do”.
Demikian pula dengan doktrin
pengusaha. Pertama kali adalah tanggung jawab atas resiko, kedua menerima
resiko itu dengan rasa memiliki.
3. Kendali
Gergaji ini berfungsi untuk
menjalani proses mengasah secara terus menerus. Kalau harus berhenti, niatkan
hanya untuk istirahat, bukan meninggalkan. Begitu Anda mendapat stimuli
merugikan, segeralah kembali pada predikat pengusaha dengan misi yang Anda
emban.
Tanpa mengasah secara terus
menerus, maka perubahan nilai komoditas, indek pasar dan penguasaan tehnis yang
Anda miliki, akan tertinggal perubahan dunia. Karena tumpul, akibatnya bisa
membuat Anda tidak ‘pede’ lagi ketika tawaran transaksi muncul.
Kesuksesan, seperti kata
orang, tidak sebagaimana jalan tol, melainkan tangga. Kalau Anda sudah berhasil
menapaki tangga pertama, logikanya Anda berpotensi kuat untuk menaiki tangga
kedua, ketiga dan seterusnya. Demikian pula, jika Anda sudah bisa menghasilkan
keuntungan sedikit, Anda pun punya potensi diri dan peluang untuk menciptakan
transaksi dengan keuntungan banyak, walau tidak langsung.
Langkah Awal Memulai Bisnis
AR Junaedi
Pengelola bisnis ritel busana
dan transportasi internasional, tinggal di Jakarta.
Suatu ketika, Ria, seorang
mahasiswi tingkat akhir dan sebentar lagi lulus di salah satu universitas
ibokota, berkonsultasi kepada saya melalui blog pribadi saya. “Bapak, saya
sangat termotivasi dan ingin membuka usaha. Karena menurut saya, bidang ini
adalah yang terbaik daripada saya susah2 mencari kerja. Dari dulu, saya punya
mimpi suatu saat saya ingin menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang di
sekitar saya. Dan jawabannya saya temukan, yaitu dengan merintis usaha. Tapi,
saya saat ini masih belum percaya diri dan punya cukup keberanian untuk
memulainya. Mengingat saya juga masih akan memulai terjun di dunia kerja.”
Senang sekali mendengar
mengakuan tulus seorang mahasiswa yang ingin memulai usaha sendiri, di kala
banyak teman-temannya justru berebut ingin menjadi karyawan. Walau memang, tak
ada yang salah dengan karyawan, tapi saat ini Indonesia justru sedang butuh
lahirnya banyak entrepreneur untuk menguatkan kemandirian bangsa ini.
Untuk menjawab pertanyaan Ria
di atas, hal apa yang harus dipersiapkan untuk merintis usaha? Jawaban simpel:
Mulai saja! Ya, mulai saja. Biasanya, kalau kita memikirkan persiapan, akan
semakin lama kita akan dapat memulai sesuatu. Bukankah kita memang paling ahli
untuk menunda dengan beribu alasan yang menurut kita masuk akal?
Karenanya, tak perlu menunggu
mental kuat untuk melangkah. Karena mental justru akan terasah ketika kita
sudah memulai dan langsung bergelut dengan usaha. Tidak perlu juga menunggu
sampai punya percaya diri (Pede). Karena Pede pun terbentuk dengan terjun
langsung di bisnis tadi.
Ada seorang sahabat sangat
ingin membuka bisnis apotik. Sudah dengan perhitungan modal untung rugi yang
matang, tanya kana-kiri pada ahli, dan sudah melihat-lihat lokasi, tapi ia
tidak juga memulai. Itu ia lakukan setahun lalu. Sekarang, apa yang terjadi?
Masih tidak ada perubahan. Karena ia tidak juga memulai usahanya dengan
berbagai alasan. Excuse. Akibatnya, tempat-tempat yang ia incar dulu untuk
lokasi apotik, sekarang sudah diisi oleh apotik orang lain. Orang yang berani
bertindak.
Seperti orang yang ingin
pergi ke Bandung, sahabat saya itu tak pernah sampai Bandung karena tidak ada
langkah pertama. Ia sibuk berecana, mencari peta, belajar mendalami Kota
Bandung. Selama ia tidak mulai melangkah, tentunya tak akan mungkin ia sampai
ke kota tujuan.
Namun, bagi yang berani
memulai perjalanan, meski tidak tahu jalan sama sekali, ia akan tetap sampai.
Dalam perjalanannya, memang bisa saja ada berbagai kendala dan hambatan. Tapi
dengan tetap konsisten berjalan dan jelasnya tujuan, ia pasti akan sampai.
Bahkan ia bisa menemukan jalan pintas. Jadi, mulailah segalanya dari yang
kecil, fokus dan tetap pada impian kita.
Motivasi Diri
Agar perjalanan kita bisa
sampai ke tujuan yang kita impikan, ada beberapa tahapan yang sering digunakan
sebagai dasar pemikiran dan kegiatan Komunitas Tangan di Atas (TDA):
Pertama, pray (berdoa).
Sebelum memulai aktivitas apapun, menghadaplah pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kaya, Sang Maha Menentukan. Tundukan hati dan mintalah petunjuk-Nya, agar
pilihan-pilihan yang kita ambil makin mendekatkan pada mimpi kita dengan jalan
yang baik. Karena jalan Tuhan adalah jalan kebaikan.
Sering kali kita lupa. Kita
menghadap Allah, hanya di saat susah atau “mentok” saja. Tidak salah memang,
karena Allah pasti menerima kita dalam kondisi apapun. Namun, alangkah indahnya
bila saat kita memulai perjalanan ditemani oleh Sang Maha Kasih, yang akan akan
Menjaga dan Memberikan hasil terbaik untuk kita. Allah pasti tak akan
membiarkan hamba-Nya yang sungguh-sungguh berikhtiar tanpa balasan berlimpah.
Berdoalah, pasti akan Allah kabulkan.
Kedua, reason (alasan yang
kuat). Miliki alasan yang kuat, mengapa kita harus berhasil dalam bisnis.
Alasan yang bersifat personal. Bisa dengan menciptakan “surga” dan “neraka”.
Maksudnya, surga: mencari alasan terkuat yang bisa membuat bahagia diri kita,
ibu, bapak, saudara atau orang yang kita cintai.
Misalnya, kita ingin
memberangkatkan orangtua kita beribadah haji. Bayangkan dan rasakan kebahagiaan
wajah ibunda dan ayahanda yang bisa berangkat ke tanah suci berkat hasil kerja
keras kita. Bayangkan rasa bangga mereka melihat keberhasilan bisnis kita, yang
bisa mengantarkan mereka menunaikan kewajiban sebagai muslim itu.
Atau banyak alasan lainnya
untuk menciptakan “surga”. Seperti yang keinginan menciptakan lapangan kerja
bagi banyak orang, seperti yang diinginkan Ria di atas. Bayangkan itu sudah
terjadi, dan rasakan kebahagiaan karyawan kita ketika bekerja dan menerima
penghasilan dari lapangan kerja ciptaan kita. Semua itu tentu akan menjadi
alasan kuat yang akan mendorong kita untuk bekerja dengan segenap tenaga dan konsisten
mencapai yang kita inginkan.
”Neraka”, yaitu dengan
membuat alasan terkuat -yang juga bersifat personal-, yang bila kita tidak
berhasil, maka diri kita sendiri atau orang yang kita cintai akan menderita.
Beberapa waktu lalu, ketika
saya berkunjung ke rumah sakit, ada sebuah keluarga yang sedang berkumpul,
merundingkan apakah ayah mereka yang sedang sakit berat akan tetap masuk ruang
ICU dengan biaya mahal, atau dibawa pulang saja dengan resiko fatal, karena
ketiadaan biaya.
Tentu kita tak ingin hal itu
terjadi pada keluarga kita. Kita pasti ingin memberi perawatan terbaik untuk
orang yang kita cintai. Keadaan sulit bagaikan neraka seperti itu, bisa menjadi
alasan sangat kuat mengapa kita harus berhasil.
Jadi, cobalah mencari tahu:
What is your self emosional burning desire to make you consistance in action?
Apa landasan emosional diri Anda yang akan membangun keinginan untuk membuat
Anda konsisten melakukan sesuatu. Dengan alasan yang bersifat personal dengan
melibatkan emosi diri, kita akan lebih bersungguh-sungguh, ketimbang alasan
yang bukan dari dalam diri.
Ketiga, belief (sikap
mental). Keyakinan yang tertanam dalam diri kita, akan menentukan pola pikir
dan membentuk karakter diri dalam merespons setiap hal yang terjadi.
Belief sudah tertanam dalam diri
kita sedari kecil. Keyakinan yang keliru, yang bisa saja sudah melekat dalam
diri kita, akan menghambat kemampuan kita yang sebenarnya luar biasa. Contoh,
ada orangtua lebih bangga anaknya setelah lulus kuliah, mendapat pekerjaan di
perusahaan besar. Atau menjadi pegawai negeri ketimbang menjadi wiraswasta.
Belief seperti ini, akan
membuat pola pikir kita mengarahkan kita untuk mengesankan, bahwa wiraswasta
bukan hal yang bisa menjadi jalan kesuksesan kita. Menjadi pengusaha,
digambarkan bagai sesuatu yang sulit. Banyak resiko. Bidang itu hanya spesial
untuk orang yang punya darah pengusaha. Dan berbagai keyakinan lain yang
sebenarnya masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Belief seperti ini bisa
gantikan dengan keyakinan yang baru. Caranya, dengan membuka lagi wawasan kita
dengan bergaul bersama orang sukses. Atau lakukan ATM (Amati, Tiru, lalu
Modifikasi) jejak rekam kesuksesan para pengusaha. Nantinya, belief yang
menghambat di atas, akan tergantikan dengan belief yang membangun.
Disamping itu, kita perlu
mereset ulang keyakinan, dan kembali meyakini bahwa kita bisa sukses. Memang,
ada kemungkinan kita untuk gagal. Tapi mengapa kita tidak berfokus pada
kemungkinan kita akan berhasil?
Thought become thing. Apa
yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan. Apa yang Anda yakini: Anda bisa atau
Anda tidak bisa, adalah benar.
Memulai Usaha dengan Mimpi
Islahuddin
Suasana penuh keakraban
terlihat pada acara launching Young Enterpreneurshiop Start Up (YES) Club
Jakarta, Maret lalu di gedung Design Center Jakarta. Walau acara itu baru
digelar di hari pertama, para peserta yang berjumlah sekitar 25 orang nampak
akrab berinteraksi. Sesi terakhir yang banyak diisi tanya-jawab, pun menjadi
ajang yang sangat meriah. Pada sesi itu, masing-masing peserta diberi waktu
melontarkan usaha yang telah mereka rintis, dan cita-cita mereka sebelumnya.
Suasana seperti ini sangat
disyukuri Direktur YES Club Jakarta, Himawan Adibowo. “Yes Club belum berumur
satu hari, tapi rupanya sudah terbentuk kerja sama bisnis di dalamnya,” ujar
Himawan sambil tersenyum.
Dari peserta yang sebagian
besar merupakan mahasiswa itu, tak satupun mempunyai usaha berskala besar. Bisa
dibilang rata-rata hanya bermodalkan nekat. Azuz Saputra misalnya, mahasiswa
semester enam Jurusan Manajemen di School of Bussines and Management (STIEKPI),
selain mau belajar, ia juga harus menjauhkan gengsi untuk memulai dan menggeluti
usahanya.
Saat ini, bersama seorang
rekannya, Azuz sukses menjadi distributor kentang goreng kemasan di areal
kampusnya. Menurut Azuz, sudah bukan saatnya lagi masyarakat menilai suatu
pekerjaan itu bergengsi atau tidak. Karena yang terpenting adalah bagaimana
bisa terus berusaha dan menghasilkan uang sendiri.
Memang diakuinya, bahwa usaha
yang ia jalani sejak tiga bulan lalu itu sangat kecil. Hanya bermodal awal 80
ribu rupiah yang ia belanjakan untuk membeli 40 bungkus kentang goreng kemasan,
saat itu ia sanggup menjualnya habis dalam tempo empat hari. Kini, setiap bulan
Azuz minimal mampu mengantongi laba 800 ribu rupiah.
Jumlah rupiahnya memang
kecil, tapi bagi Azuz yang penting adalah bagaimana menumbuhkan keberanian
untuk berusaha, dan memutus ketergantungan pada orangtua. Ia berharap,
pengalaman menjadi distributor kecil-kecilan ini menjadi modal untuknya kelak
menjalani bisnis yang lebih besar.
Tidak Memilih Rezeki
Dari cerita dan pengakuan
yang dipaparkan para peserta Yes Club, terbukti bahwa modal nekat, tahan malu,
dan berkhayal, telah banyak mengantarkan para pengusaha untuk memapak sukses
dari nol.
Farry Iskandar juga
membuktikannya. Sebelum menjadi pengusaha alat-alat petualangan yang dipasarkan
secara online, Ferry bekerja sebagai karyawan di sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Walau gaji tak besar, bekerja di LSM membuat Ferry nyaman
mendapat penghasilan tetap.
Suatu ketika, Ferry
memutuskan berhenti menjadi karyawan dan memilih membuka usaha sendiri.
Keputusan itu tentu disayangkan banyak rekan dan kerabatnya. Apalagi di masa
awal usaha, Ferry sering menggelar dagangan di emperan jalan sekitar kampus
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta setiap Minggu pagi.
Belum lagi tekanan mental
yang harus dirasakan Ferry akibat anggapan miring masyarakat yang menilai
bekerja di kantor lebih terhormat daripada berdagang di emperan jalan. “Masa
awal memulai usaha sangat menyedihkan. Banyak yang menganggap pekerjaan ini sebelah
mata,” ujar Ferry.
Pada 2004, bermodal uang
delapan juta rupiah di tangan, Ferry jalankan usaha dengan keyakinan bahwa
itulah satu-satunya pilihan terbaik untuk meningkatkan penghasilan dirinya.
Apalagi saat itu ia sudah ingin berumahtangga, yang ia sadari, kelak tentunya
ia butuh penghasilan lebih tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Tak keliru Ferry memilih
jalan hidupnya. Saat ini terbukti ia bisa menikmati limpahan keuntungan hasil
usaha dan buah strategi dirinya untuk terus berjuang dan tak memilih-milih
rezeki. Meski banyak perusahaan besar yang bergerak di bidang yang sama, namun
Ferry tak gentar. Karena mereka jarang melayani partai eceran, apalagi via
online seperti yang ia lakukan.
Kini usahanya perlahan
berkembang, tak kenal lelah ia terus berupaya membesarkannya lagi. ”Sampai
sekarang, saya masih terus berjuang menggapai mimpi yang besar,” tandas Farry.
Usaha Tiada Henti
Kisah serupa namun tidak sama
juga dialami Edi Kurniawan, mantan karyawan sebuah perusahaan otomotif di
wilayah Tangerang. Suatu ketika, komunitas Tangan di Atas (TDA) menggelar
kegiatan magang yang disebut TDA Apprentice.
Walau kegiatan magang
berskala tiga bulan itu tidak memberinya gaji ataupun uang transport, namun
berkat keinginan untuk belajar dan menggali ilmu menjadi pengusaha, Edi berani
memutuskan untuk meninggalkan kemapanan hidup sebagai karyawan.
Saat itu peserta magang
berjumlah sepuluh orang, yang ditempatkan di stan milik Haji Alay di kawasan
grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hanya dua orang yang sanggup
mengikutinya sampai akhir, salah satunya adalah Edi. Selama magang, Edi
memperhatikan adanya celah menjanjikan dari prospek bisnis online. Maka selepas
magang, ia memilih usaha jual beli pakaian bayi usia tiga tahuan ke bawah
secara online. Dan pengetahuan tentang dunia garmen yang ia dapat selama
magang, sangat membantu perkembangan usahanya.
Edi memiliki alasan kuat
mengapa ia bersikeras beralih profesi menjadi pengusaha. Karena ia sangat
yakin, bahwa dunia usaha tak ada matinya, selama orang mau berusaha. Keyakinan
itu semakin besar ketika Haji Alay, yang merupakan saudagar sukses di Tanah
Abang, memotivasinya. Haji Alay sering menekankan, bahwa uang berserakan di
mana-mana, dan terus berputar selama 24 jam. Dengan sepuluh tangan sekalipun, kita
tak akan sanggup memunguti semua serakan itu, kecuali kita mengetahui caranya.
Jerih payah yang dimulai
sejak dua tahun itu kini telah menuangkan hasil. Selain bergerak di bisnis
online, Edi juga telah mempunyai dua buah toko di Gedung Jakarta City Center
(JaCC). Omset rata-rata perbulan yang ia dapat bisa mencapai 100 juta rupiah,
dengan 70-80% berasal dari penjualan online.
Menurut Edi, dua tahun
bukanlah waktu yang lama. Namun selama itulah kemampuan seseorang untuk
bertahan dalam berusaha ditentukan. Salah perhitungan memang sempat dirasakan
Edi, namun itu ia jadikan sebagai ilmu yang tak ternilai, yang ia jaga agar
tidak kembali terulang di masa mendatang.
Belajar dari Mimpi
Sementara itu, Atik Wahyu
Naryati pengusaha budidaya jamur, kini telah menuai hasil jerih payahnya. Atik
yang memulai usaha di akhir 2005 lalu, pada pertengahan 2006 saja sudah menuai
hasil yang cukup signifikan, dan usahanya berkembang kian stabil. Bermodal awal
hanya enam juta rupiah di tangan, kini setiap bulan Atik menuai sekitar 5-10
juta rupiah keuntungan.
Di bawah bendera CV Fanindo
Multi Farm, berbagai jenis jamur kini ia budidayakan. Agar bisa diedarkan ke
berbagai tempat dengan mudah, ia kemas bahan dagangannya dalam bentuk jamur
kering. Karena keberhasilannya itu, banyak orang dari berbagai daerah datang
kepadanya untuk belajar. Dengan tangan terbuka Atik menerimanya.
Kisah sukses juga ditorehkan
Masbukhin and Nuni. Pasangan harmonis lulusan Universitas Brawijaya Malang ini,
memulai bisnis telepon seluler sejak 2003 lalu. Mereka berdua mendobrak
kemapanan tradisi para sarjana yang biasanya lebih memilih berpakaian necis dan
menjadi karyawan kantoran.
Masbukhin and Nuni kini
sukses memiliki beberapa outlet grosir di Pulogadung Trade Center dan
tempat-tempat lain di Jakarta. Seluruhnya tergabung di bawah payung PT Prima
Prada Cellular (PCC) yang mereka dirikan.
Bermodal mimpi ingin menjadi
sukses, awalnya mungkin banyak dicemooh orang sekitar. Namun jika ingin menjadi
pengusaha sukses, modal nekat merupakan salah satu hal yang harus dimiliki.
Hal ini sangat tegas diakui
pengusaha sukses Martha Tilaar. Jatuh bangun usaha yang dilakukan ikon
kecantikan Indonesia sejak awal dekade 70-an itu, kini terlihat hasilnya.
Usahanya terus menggurita. “Jika ingin menjadi pengusaha, kita harus berani
untuk nekat, dan menggantungkan mimpi setinggi langit,” tegas Martha.
Mewujudkan Pikiran Gila
Mewujudkan Pikiran Gila
RHR Dodi Sarjana
Pemimpin Redaksi Tribun
Pekanbaru
STEREOTIP. Istilah ini tentu
tak asing lagi di telinga kita. Kepercayaan bahwa seluruh anggota kelompok
tertentu memiliki sejumlah karakteristik yang sama, dianggap sebangun dan
homogen, sudah sejak lampau diyakini banyak orang.
Di kalangan orang asing
misalnya, dalam kajian psiko-sosial ada semacam konsensus bahwa orang Jerman
pandai di bidang teknik, sementara orang Irlandia agak tumpul pemikirannya, dan
semua wanitanya emosional. Orang Perancis sangat romatis, sedang orang Negro
kurang bertangungjawab. Itulah contoh stereotip.
Siapapun dan apapun yang
keluar dari stereotip, dianggap aneh dan nyleneh. Ia menjadi tidak umum dan
cenderung dihindari banyak orang. Dari sinilah, awal manusia terjebak dalam
prasangka-prasangka buruk terhadap apa saja.
Dalam perspektif social
cognition, pakar psikologi sosial Russell Spears menyebutkan, manusia
berhadapan dengan realitas sosial yang kompleks, sehingga memiliki
kecenderungan membagi sesuatu dalam kategorisasi atau kelompok untuk
menyederhanakan persoalan.
Stereotip mendorong manusia
menjadi pelit dan malas berpikir, sehingga beresiko banyak menuai kesalahan
dalam penyimpulan. Namun stereotip tetap dipakai karena menghemat energi.
Sungguh ini pendapat yang menyesatkan.
Dalam bisnis, kecenderungan
stereotipisasi juga membudaya. Orang maunya sesuai pakem saja. Asumsi-asumsi
menggiring pebisnis pada pemahaman bahwa informasi, kegiatan bisnis yang
stereotip selama ini, dianggap lebih cepat diproses dan direspon pasar.
Benarkah demikian?
Kita semua pasti mengenal
baik nama Tirto Utomo dengan bisnis Aqua-nya atau Sosro dengan teh botolnya.
Bisnis mereka, pada awalnya diangap bisnis gila karena menyimpang dari
stereotip. Di luar kebiasaan, mereka membisniskan barang yang umum, tapi tak
umum. Tapi siapa sangka, air yang melimpah ruah di alam semesta menjadi
“semahal” emas. Teh yang biasanya diminum tak lama setelah diseduh, menjadi nikmat
disimpan berlama-lama di botol.
Konon, perilaku Tirto dan
Sosro pernah dianggap lelucon bisnis yang absurd. Namun kini, orang
berduyun-duyun mengikutinya. Dan ketika orang mengalami euphoria, barangkali
kedua orang perintis itu sudah lari lagi dengan konsep gilanya yang lain.
Contoh ide gila yang lain
adalah larutan penyegar Cap Kaki Tiga. Produk yang berisi semacam air ini juga
terbilang absurd. Tapi lihatlah “khasiatnya”, ia mampu mengusir panas dalam.
Buntutnya, kemasan air itu juga laris bak kacang goreng.
Psikolog dunia Sigmund Freud
dengan teori psikoanalisanya mengemukakan, dalam diri setiap manusia sebenarnya
terdapat syaraf-syaraf impulsif yang mendorong manusia untuk berbuat dan
beraktivitas. Dorongan kuat syaraf ini bisa membuat manusia ‘gila’ dan
mewujudkan aktivitasnya dengan amat sangat inovatif plus kreatif.
Selama ini perjalanan waktu
telah membuktikan bahwa bisnis “orgil” (baca: orang-orang dengan ide gila)
tahan segala cuaca. Tak tergerus krisis, pasar bebas dan reaganisme. Ia tak
takut apapun, karena punya banyak amunisi inovasi untuk ditembakkan menjawab
perubahan zaman.
Menyiasati perubahan tren
kehidupan dan tren bisnis, tak cukup hanya dengan pakem yang ada. Atau hanya
mengandalkan jalinan stereotipisasi yang sudah mapan. Perlu menggali sesuatu
yang lain, yang selama ini luput dari perhatian orang. Apa kira-kira itu?
Berpikirlah “gila” supaya ide gila seperti milik Tirto, Sosro dan Kaki Tiga
bisa lahir.
Menciptakan sesuatu yang
berbeda dan baru, selalu mampu membuat orang terhenyak untuk melirik dan
mencoba produk kita, ketimbang melakukan “penyeragaman” dengan maksud mengekor
sukses produk yang suda ada.
Langganan:
Postingan (Atom)